Selasa, 07 Februari 2012

Bab 1

Me and Myself
      Aku Bintang,  panggilanku dari lahir sampai tercatat di cerita ini. Kebiasaan dan kelebihan yang ku miliki adalah sebagai tukang nongkrong, main game online, ngerokok, begajulan dan masih banyak nilai minus dikebiasaanku, tapi aku bukan anggota keluarga minus. Sangatlah tidak mudah menjadi lelaki dengan kebiasaan yang menyedihkan untuk menjadi Prince Charming bagi para wanita-wanita di luar sana. Seorang lelaki berusia menuju 18 tahun yang tinggal menunggu bulan. Dan sudah siap menyelesaikan jenjang SMA.

      Aku bukan seorang cowok yang baik sebagai pacar idaman dan untuk masa depan, tapi untuk loyalitas kepada teman dan sahabat, itu sudah tak bisa diragukan. Kebiasaan berpakaian asal nempel di badan, kaos daleman abu-abu yang beli di minimarket, dengan kemeja dan  celana jeans. Lebih suka gaya sport casual sedikit alay dan tidak lebay. Sedikit curhat, cukup susah menjadi cowok tanpa jadwal yang jelas sepertiku, tak tentu kegiatan apa yang akan dilakukan, tetapi yang jelas adalah nongkrong dan main game online. Jangan bosan mendengar kata nongkrong dan bermain game online di cerita ini, karena itu salah satu jadwal wajibku. Aku bukan penggila rokok, masih sayang untuk membakar-bakar uang, dan harus melihatnya menjadi asap dan menguap secara perlahan.

      Semua yang terjadi dalam hidupku, jelas aku sendiri yang membuatnya. Senang, sedih, cinta, bosan, teman, pacar dan masa depan adalah hasil dari apa yang aku  lakukan. Karma buatku itu tidak ada, yang ada hanya hukum timbal balik atas apa yang telah ku lakukan. Jujur aku jenuh dengan semua ini, tapi untuk berubah, tak semudah yang dipikirkan. Bisa berfikir saja sudah bangga. Sebenarnya, situasi hidup ini hanyalah berawal dari sugesti dari pikiran. Dalam hidupku, galau bukan sugestiku setiap hari. Yang selalu ada di pikiranku hanyalah tertawa dan bercanda.
      Kata ibuku, aku anak bungsu yang sangat merepotkan dan menyebalkan. Jelas ibuku tidak mungking mengatakan itu langsung, dilihat dari gerak-geriknya setiap hari, dan seringnya ibu menghela nafas kepadaku. Keluar pagi pulang hampir pagi, itu saja ibu sudah senang, biasanya bahkan tak pulang beberapa hari. Pulang saat gelap gulita, dengan asal membuka pintu lempar jaket dan tas, copot spatu dan kaos kaki kemudian membuka helm, menuju kamar mandi mencuci yang perlu dicuci, lalu pergi tidur. Tapi kata almarhum Ayah dulu, aku ini lelaki yang hebat, paling benci kolusi, korupsi dan nepotisme, menjunjung tinggi norma-norma agama, selalu ingin memberantas asusila dan narkoba! Hidupp Indonesia!!! Hahaha lupakan, itu hanya khayalan.

      Di mata para sahabatku yang aku bersyukur mereka semua masih memiliki mata, aku dicap sebagai manusia autis, over active, nggak pernah istirahat, selalu aja nongol di sudut-sudut kota, cerewet dan sangat bawel, mudah bergaul dan interaksi sama siapa aja, temannya di mana-mana. Itu temen-temen, kalo dihitung satu-satu nggak bakal inget semua. Tapi, mereka juga bilang kalau dibalik batu ada udang. Berarti, di balik menyedihkannya sifat dan kehidupanku, aku loalitasnya tinggi, selalu tertawa dan menjadi bahan lelucon dan hinaan. Tapi, apa hubungannya sama udang di balik batu? Ya, sudahlah. Dan, dari sifatku yang paling fatal adalah, aku sangat sering termakan omonganku sendiri, itulah aku. Nanti engkau akan mengetahuinya. I love my best friends, tak ada mereka, mungkin aku hanya seonggok manusia hina yang tersapu debu jalanan dan asap knalpot hitam dengan masa depan kelam dan suram. Sahabat yang mendukung keputusan agar aku bahagia, tetapi menentang jika kebahagiaanku harus menyakiti orang lain, walaupun seburuk apapun orang itu. Itulah mereka, sahabat hebat dengan pikiran hebat dan tepat.

      Menurut Satya, aku adalah orang yang sangat menyenangkan. Suka melupakan diri sendiri untuk membuat orang lain senang dan nyaman. Entah   dia menjawab seperti itu hanya untuk membuatku senang atau memang itu kenyataan. Atau mungkin karena kita bersahabat dari SMP. Intinya, dimata Satya aku adalah sahabat yang menyenangkan yang mengisi harinya selama 5 tahun. Satya adalah teman yang sangat Jouwara. Saat SMP, kita berangkat bareng naik sepeda masing-masing, terus naik bis, dan akhirnya  naik motor. Benar-benar merasakan persahabatan dari nol yang sangat menyenangkan. Banyak hal yang kami lakukan bersama, dari bermain game online bersama, di sekolah selalu bersama, makan bersama, tidur bersama seperti suami istri nggak penting dan jangan dibayangkan kami melakukan itu. Masih banyak yang kami lakukan bersama, selayaknya persahabatan yang bagaikan kepompong. Dalam  berburu wanita, aku dan Satya  juga melakukannya bersama. Rizka, mantannya Satya adalah sahabat dari mantanku Arista. Dulu saat berpacaran, kita selalu saja double date. Rame dan menyenangkan, tawa, cinta dan persahabatan menjadi satu menghiasi masa remaja yang tak terlupakan. Akan menjadi kenangan untuk anak cucu cicit dan cocotku kelak. Tapi yang aku takutkan, aku dan Satya akan berpisah karena harus memilih masa depan masing-masing, karena hidup itu penuh pilihan. Tanpa kau memilih dan memulainya, jangan harap mendapatkan kehidupan yang layak. Yang sudah memilih saja belum tentu hidupnya enak. Yang sudah memulai saja belum tentu bisa menyelesaikannya, apalagi yang belum memulainya sama sekali, kapan dia akan menyelesaikannya? Cara paling tepat untuk menyelesaikan sesuatu adalah dengan memulainya! Super sekali.

      Kata Dara, aku adalah manusia hina yang selalu membuat orang di sekitarnya ikut hina karena tertawa tak henti dan membuat orang menjadi tidak stay cool karena mukanya berubah menjadi mulut yang terbuka lebar. Cowok lebay, cerewet (sepertinya aku memang sangat cerewet, sampai setiap teman menyelipkan kata cerewet) dan kalau sudah punya kemauan harus dituruti, kalau enggak, aku ngambek sama Dara. Aku ketemu Dara karena dia adalah temannya mantanku dan dulu aku suka curhat sama dia, akhirnya kita menjadi dekat  semenjak kelas 2 SMA. Dia berpendapat bahwa aku hanya cowok yang mencoba membangun kepercayaan di mata wanita, mencoba kuat untuk membuka kembali kehidupan yang tidak monoton, cowok yang sok keren padahal menjijikkan, cowok yang sok suci padahal hina, cowok yang sok kuat padahal sangat rapuh dan mudah patah hati, patah rambut, patah bulu ketek juga. Tidak mudah menyerah jika sudah berjuang, tetapi susah untuk memulai perjuangan itu.

      Itulah aku! so, what do you think about me? Freak? Yes, you right! Silahkan bayangkan sendiri bagaimana Seorang Charisma Bintang Permata menurut kekuatan otak anda masing-masing dengan ciri-ciri mengerikan di atas. Jika tidak kuat membayangkannya, silahkan melambaikan tangan.

      Aku mengakui kalau aku memang sama sekali tidak ada bagusnya, muka peot tanpa daging, mata sedikit sipit dan tidak pernah mengakuinya padahal selalu dipanggil cino, hidung pesek, gigi dipagerin semenjak makin off side saat 17 tahun, lumayan tinggi tapi kurus. Yang pasti, aku cuma mau menikmati kehidupan pertama dan terakhirku, buat apa susah, karena susah itu tak ada gunanya. Untuk soal asmara, aku sudah mengoleksi 9 mantan dan aku bersyukur ke sembilan mantanku semuanya asli wanita. Dengan kisah pacaran pertama menembak kakak kelas 3 saat aku menginjak kelas 2 SMP. Memperlihatkan ke jantananku untuk menembak kakak kelas yang dulu sih menurutku cantik. Ira Amalia, wanita pendiam yang benar-benar kuper. Dan ke jantananku terbalas setelah 3 hari dia meminta waktu. Akhirnya kami berpacaran, dan saat pacaran, berpegangan tangan itu adalah hal mustahil, ngobrol selama 30 menit aja rasanya udah seneng banget, bahagia dan kegirangan! Udah kaya terbang ke langit ke tujuh bersama paus akrobatis dan menuju rasi bintang paliiiiinnng manis. Dalam hati kegirangan, yess aku pacaran yeess aku udah bisa pacaran. Noraknya nggak ketulungan.

      Cerita pacaran pertama memang tak terlalu asik, namanya juga pemula. Walaupun begitu, tanpa pacaran pertama yang menurutku nggak penting itu, aku nggak akan merasakan pacaran kedua, ketiga, empat, lima dan seterusnya, jadi aku syukuri aja kenangan aneh itu. Tapi untung, dikesempatan pacaran berikutnya, aku lebih baik dan lebih menikmatinya. Pada akhirnya aku bertemu dengan wanita terhebat dan terindah yang pernah kukenal dan yang pernah ku anggap terhebat dan terindah. Pertemuan karena pertemanan dan akhirnya menimbulkan cinta anak SMA. Arista Dwi Iskandar, dia memang wanita yang sangat pantas untuk dicintai. Tidak sulit untuk mencintainya, dengan sampul yang sangat cantik dan isinya yang kalem. Dia adalah wanita yang sangat tertutup, tapi dia akan menjelma menjadi seonggok wanita yang sangat menyenangkan jika dia menemukan orang yang tepat. Tak mudah saat pertama aku mendekatinya, sms hanya dijawab dengan sangat singkat, terhitung beberapa huruf. Tetapi, karna Dara dan Rizka adalah temannya, jadi kita sering bertemu dan akhirnya merasa cocok untuk menikmati cinta SMA bersama. Saat pagi berangkat sekolah, kita beda tujuan dan pikiran, tetapi saat pulang sekolah, kita pasti satu pikiran dan satu tujuan, yaitu berpacaran. Waktu sealalu dihabiskan bersama, menyenangkan dan aku sangat menikmati waktu bersamanya. Dia wanita yang sangat menghargaiku, apapun dia lakukan untuk membuatku senang, dan akupun berusaha membuatnya senang dan merubahnya menjadi orang yang lebih mudah bergaul dan asik. Tetapi, kesalahan terjadi padaku, karena aku merasa sudah memiliki kehidupan yang menyenangkan, aku menghancurkan kehidupanku dengan kelakuanku sendiri. Ku tananam kopi pahituku sendiri. Aku ingin mencari suasana yang baru. Karena aku memiliki banyak teman cewek, akhirnya selingkuh dengan adik kelasku.

      Mungkin dulu karena bosan, dengan alasan agar dia fokus belajar untuk ujian Mid Semester. Aku hancurkan hati wanita yang sangat spesial dan berharga hanya karena bosan dan ingin mencari suasana baru. Aku meminta maaf dengan berbagai alasan, penyelasan dan pembuktian. Lalu kita kembali berpacaran, beberapa bulan kemudian kita berpisah lagi karena kebodohanku “lagi” yang tak bisa menjaga dan menghargainya sebagai pacarku. Dulu aku sudah merusak kepercayaannya, dan sekarang aku makin merusak hubunganku dengannya karena aku tak bisa menghargainya saat dia masih belum sepenuhnya bisa mempercayaiku lagi seperti dulu. Aku tak bisa membedakan dia yang wanita spesial dengan mereka yang teman wanita. Tetapi, dengan kebaikan Arista yang memberiku 2 kesempatan dan aku menghancurkannya, dia kembali mencoba untuk mempercayaiku, dia mencoba mempersatukan kita lagi walau tidak ada yang tau. Di kesempatan ini, sepertinya Arista tidak menemukan sesuatu di dalam diriku yang dia harapkan. Tepat saat 9 bulan, dia menyelesaikan semuanya. Itulah Bintang, lelaki bodoh yang membuat hancur hidupnya sendiri. Cinta SMA yang paling menyenangkan, 9 bulan bersama wanita yang paling mengerti dan menghargaiku. Seorang wanita polos dan pendiam seperti batu yang kaku, tetapi keras dan kokoh melindungiku saat aku menjadi Bintang yang kehilangan cahaya dan arah tujuannya.

      Wanita yang benar-benar mencintai kekuranganku, bukan kelebihanku karena aku memang tak punya kelebihan selain perilakuku yang berlebihan dan gigi yang berlebihan. Saat aku terjebak kenakalan remaja dan harus berurusan dengan yang berwajib karena tertuduh kasus kekerasan terhadap sesam remaja sekolah lain. Arista tetap setia memberiku semangat dan menenangkan pikiranku serta keluargaku. Sampai akhirnya aku harus dikeluarkan dari sekolahku di SMA Swasta Favorit dan terdampar di SMA Swasta bawah. Arista juga yang membesarkan hatiku dengan kesetiaannya dan segala perbuatannya yang selalu membuatku tetap semangat dan tegar. Beberapa bulan tidak terlalu menikmati sekolah baru, aku jarang terlihat disekolah, kerjaan hanya mbolos dan nongkrong di burjo daerah UGM. Tetapi Arista yang membuatku akhirnya kembali merasakan panasnya bangku sekolah dan hangatnya memiliki teman kelas. Bebrapa bulan setelah itu, ayahku tercinta harus meninggalkanku dan keluargaku. Tanpa tanda-tanda sakit keras, dia pergi begitu cepat dan tanpa pesan. Yang ayahku berikan hanya sebuah tetesan air mata. Tentu, Arista setia menemaniku dari pagi, saat pemakaman hingga tahlilan malam itu selesai. Menangis di pelukannya membuat semua terasa berbeda, melepas semua beban atas kepergian ayah tercinta dan melupakan janji-janjinya yang ingin menemaniku sampai wisuda. Kenangan masa remaja yang sulit dilewati, tetapi Arista menuntunku dengan cinta dan senyumannya.

      Cintanya yang manis seperti es coklat harus ku campur dengan kopi espresso pahit dan membuat orang yang meminumnya tidak bisa tidur kemudian menjadi tidak tenang karena kurang istirahat, seperti kehidupanku yang akhirnya tak tenang setelah cinta manisnya tercampur dengan espresso. Bisa mencitai dan memilikinya adalah sebuah kesempatan yang indah dari Tuhan, tetapi menyakitinya lebih mudah dari pada yang ku bayangkan. Kehilangan wanita yang selalu ada saat aku jatuh, terinjak-injak dan diludahi, maupun saat aku terbang menguasai luasnya langit indah bumi ini. Semenjak berpisah dengannya di akhir tahun 2010, aku menjadi pribadi yang belum bisa membuka diri. Salah! Aku mendapatkan wanita baru setelah berpisah dari Arista. Walaupun tanpa cinta, aku mencoba untuk menikmatinya, walaupun hanya berumur satu bulan. Satya dan Dara merasa sangat ingin membuatku menjadi Bintang yang bersinar kembali, Bintang yang menghiasi langit bumi dan Bintang yang menghiasi cerita hidup mereka. Satya pernah berkata bahwa cobaan yang berbentuk kesalahan itu datang bukan untuk menghancurkanmu, tetapi untuk membuatmu lebih kuat dan tidak bisa dihancurkan oleh kesalahan yang sama, bahkan oleh kesalahan yang lebih kuat! Dan ingatlah, teman ada bukan karena kesalahan, tetapi kesetiaan. Dari sekian banyak kalimat kotor yang Satya keluarkan, itulah kalimat paling bersih dan suci yang pernah ia ucapkan. Saat dia berbicara itu, dia seperti memiliki sayap dengan memegang Kitab ditangannya, lalu dia turun secara perlahan dihadapanku dan Satya bersinar! Zing!

       Walaupun Dara adalah teman Arista, tetapi dia mengerti mengapa aku bisa menyakiti Arista. Dan dia juga tau, bahwa itu adalaha proses pendewasaan untuk masing-masing remaja, walaupun dengan masalah yang berbeda. Arista juga mengerti mengapa aku bisa begitu, masalah demi masalah akan membuat orang berubah karena sebuah pilihan. Tak ada dendam antara aku dan Arista, tetapi untuk berpacaran kembali, Arista sudah tidak bisa menerimaku. Aku mengerti bagaimana perasannya, dan aku tidak akan memaksakan kehendakku. Walaupun dia umurnya satu tahun di bawahku, tetapi kesabarannya jauh lebih berpengalaman dari pada yang aku miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar