Selasa, 07 Februari 2012

Bab 2

My Friends is My Life

      Pernah merasakan hidup sendirian? Bagiku, sendiri adalah neraka! Aku paling tidak suka waktuku saat sendirian. Dan inilah para manusia yang mengusir kesendirianku, 2 sahabat  menyedihkan lainnya yaitu Faza Abdurrahman a.k.a  Momon dan satu lagi yang tak kalah menyedihkannya adalah Muhammad Sulchan a.k.a Cabul. Mereka adalah  teman duka yang menyenangkan, walaupun waktu lebih banyak berduka, tapi jika bersama mereka, duka dan suram itu berubah menjadi makin menyedihkan. Tidak ada waktu yang paling menyenangkan selain bersama mereka lah pokoknya! Menjadi pengangguran bersama mereka, dan rencana gerombolan pengangguran hari ini adalaahhhh nihil.

      Jeng jeng!
       Hidup tanpa rencana itu bisa berakhir bencana. Karena sekarang aku sedang menikmati masa tenggangku sebagai pelajar SMA yang sedang bersiap menghadapi Ujian Akhir Nasional dan saat otak sudah menolak mentah-mentah buku-buku pelajaran, Blackberry atau yang biasa ku panggil Bebi adalah jalanku menghilangkan jenuh. Aku menemukan contact BBM jEni4 t4g iNg1n Diz4qiTi. Hahaha, mengerikan sekali, ini bencana. Jenia Sakhi Ananda, wanita yang masih kelas 3 SMP tetapi memiliki wajah yang sangat topcer.

      Tanpa basa-basi dan gensi, aku membuka pembicaraan dengan Jenia. Walau benar-benar tidak ada tujuan penting yang kami bicarakan, selain aku yang sedang asik membuang waktu. Tetapi tiba-tiba datanglah perusuh masuk ke BBMku.

      “PING!!! PING!!! PING!!! PING!!! PINGUINN!!! PINGSUT!!! PINGKAN MAMBO!” Dara tiba-tiba BBM kaya orang kelabakan pengen buang air.

      “Ada apa?” Jawabku sok keren.

      “Aku pengen curhat cong, aku galau nih. Noval nyebelin sumpah! Tokek dah!”

      “Yaudin, ntar aku kerumahmu. Aku mandi dulu terus makan, habis itu nonton tv, terus ngabisin batang rokok, kemudian  nyuci betty.”

      “WOE BENCONG! Mau taun kapan kamu keisni? Pake nonton dulu lagi, mending nontonin aku di sini.”

      “iyedah aku mandi terus langsung terbang. Bawel sumpah! SUMPAH LO BAWEL BANGET ngeet ngett buangettttttt ngeeettttt bawell buanget baweeellll!!!!!!!”

      Hening.

      Setelah pemaksaan Dara yang baru saja terjadi dan masih hangat taik ayam, aku bergegas mempercantik diri. Oh iya, Betty adalah motorku tercinta. Tanpa dia, aku tidak akan berarti. Mungkin Betty tidak lebih seksi dari kuda poni, tapi kami tak bisa dipisahkan.


***


      Betty melesat dengan tidak kencang, melewati beberapa kendaraan lain seperti andong dan becak. Dengan malas, aku menuju rumah Dara yang tak tau diri asal minta delivery tempat curhat. Tak lama kemudian terlihat bangunan kecil dengan pintu satu dan jendela minimalis, terlihat Mbak Gita sedang menemani anaknya bermain di depan rumah kecil itu. Aku kasihan dan sedih melihat rumah itu.

      “Mbak gita! Rumahnya bagus, kapan pindah kesitu. Hahaha.” Aku tertawa kecil sambil melambaikan tangan.

      “Weh bintul.” Sahut mbak Gita yang sedang asik bermain dengan anaknya. “Citra, ada om Bintang bintul tuh minta ditimpukin. Didadahin dong om bintangnya.” Sahut mbak gita sambil memaksa citra untuk melambaikan tangannya.

      “Apaan sih mbak, citra juga masih pahpoh. Nggak usah dipaksa dadahin om ganteng kaya aku. Ntar gedenya centil kaya papanya tuh.” Balasku yang ikutan asik melambaikan tangan. “Dara mana mbak?”

      “Itu dara di atas, langsung aja ke kamarnya. Si noval juga ke sini tadi, tapi sebentar doang. Haaa? Ganteng? Ya tetep gantengan suamiku lah, centil keren cool maco maskulin pint..”

      “Yayayayaya, apakate anda deh mbak.” Dengan sigap aku memotong kalimatnya mbak Gita. “Weetts tadi Noval juga kesini? Wah kesalahan nih. Yaudeh deh mbak dub, sek yaaaa.” Tanpa basa-basi aku meninggalkan mbak gita yang masih tercengang setelah kalimatnya ku potong.

      Setelah memarkir motor, tangga demi tangga ku susuri, langkah demi langkah ku jalani. Beberapa kelelawar menyambarku tanpa henti. Pikiran lebay mulai mempengaruhi. Sampai di depan kamar Dara, terlihat dara sedang memandang jendela.

      “Daraaaaaaa~ apa yang kisanak lakukan sendirian terpojok kaku tanpa haluan. Boleh kah hamba masuk dan mengetahui apa yang terjadi?” Godaku membuka pembicaraan.

      Tiba-tiba Dara melihatku dan berteriak “BINTAAANNNNG!”

      Dengan muka keren, aku menjawab. “Woee, santai sih dub. Kenape kenape?”

      Terlihat raut mukanya yang suram dan mengerikan.

      Gelap dan hening, hanya ada tatapan matanya yang tajam menyorot ke arahku.

      Di antara kegelapan kamarnya, Dara berkata “Tolong idupin lampunya, gelap nih. Tadi mau ngidupin tapi males berdiri”

      “Kamu tau si buta dari gua hantu nggak?” Sahutku sambil menghidupkan lampu.

      “Taulah, kenapa?” Jawab Dara datar.

      “Nggak papa, tanya doang. Tadi sih pengen bilang kamu tuh monyetnya si buta, tapi nggak jadi gara-gara mukamu melas banget.” Jawabku datar sambil menahan geli.

      “Tadi noval kesini, dia sekarang beda banget. Kaya ada yang disembunyiin tau, tapi aku nggak mau buka-buka kehidupannya. Dia pacarku, tapi aku masih menghargai privasinya, Aku harus gimana tang! Tang! Aku bingung tang, aku takut kalo dia selingkuh tang! Dia kaya ada temen bbm gitu tang, dari tadi sibuk pegang hpnya mulu tang, gimana tang?.”

      “Tang tang tang, disini kamu boleh sebut aku tang tang tang tang tang, tapi diluar jangan pernah! Dikiran nama ku kutang ntar. Yaudeh, let it flow aja njoy, kalo emang udah bosen kan mau gimana lagi? Mau dipertahanin, namanya maksa dan kalo suatu hubungan itu dipaksakan, hasilnya malah tambah ribet. Kaya air putih dingin atau es milo.”

      “Hah? Air putih? Es milo? Hubungannya apa sama hubungan yang dipaksakan?” Dara menaikan alisnya sambil menggaruk-garuk kepala.

      “Ya hubungannya, kalo mau curhatannya lanjut, ya itu ada dulu. Hahaha.” Aku terkekeh geli.

      “Oh.” Satu kata tanpa ekspresi dari Dara.

      “Oke lupakan, lanjut deh.” Jawabku datar.

      “Ya tapi nggak gitu juga, cowok tu emang bajigur ya. Kaya kamu dulu tang kutang! Hahaha. Ya dipaksa emang nggak baik, yaudah sih aku juga males kalo harus hidup dipaksa. Sang Bintang kan pernah nyanyi kalau buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanaya.” Dara nyanyi sok menghibur diri sambil memasukan kembali ingusnya ke hidung.

      “Jadi pergi nggak dub? Oh iya, aku lagi deket sama cewek nih, haha asik juga orangnya, mmm tapi dia masih kelas 3 SMP. yaa baru bbman tadi pagg..”

      “Weeehh! Siapa e siapa?? Liat dong orangnya kaya gimana.” Tiba-tiba Dara memotong pembicaraan dan merampas BBku.

      “Wueettss! Woless bray, ntar kalo udah fix baru tak tongolin bentuknya. Jangan asal main ambil si Bebi dong, kasian kalo dia jatoh.” Sahutku sambil mengambil kembali HP yang dirampasnya, yaitu si Bebi.

      “Yuk dah, habis maghrib langsung terbang. Sholat dulu, dunia dan akhirat harus seimbang.” Jawab Dara sambil membaringkan tubuhnya di kasur. “Eh, besok-besok aja tang. Aku kan lagi galau, jadi harusnya males ya kemana-mana.”

      “Alibimu jelek banget sumpah. Yaudah, aku menggelintirkan diriku bersama anak-anak saja.”


***


      Dara dan teman-temanku yang lain jarang sekali main bareng, Dara lebih suka bermain berdua bersamaku atau bermain dengan teman-temannya seperti  mantanku dan mantannya Satya.  Alirannya berbeda dengan aliran empat teman suka dukaku. Kasian si Dara, harus terjebak dengan manusia seperti Noval yang jelas-jelas hanya memanfaatkannya. Aku dan teman-temannya nggak ada yang setuju sama dia. Tapi, pasti pandangan Dara terhadap Noval, berbeda dengan pandangan kita.

      Dan sekarang saatnya berkumpul bersama teman-teman, melakukan kegilaan bersama mereka adalah hal yang menyenangkan, seperti saat ini. KFC Sudirman menjadi korban kegilaan kami. Aku, Momon, Cabul, Satya dan Putri sedang tenggelam dalam tawa yang tak henti-hentinya karena mendengar cerita Momon tentang kejadian Cabul tadi siang.

      “Eh, asem. Masa tadi siang pas lagi ngegame di Extreme. Si cabul kan kebelet eek tuh. Pas udah seleseai, dia buru-buru ngajak aku pergi. Kaya dikejar anjing mukanya. Dia cerita kalo eeknya nggak bisa disiram, terus ada yang ngantri nungguin gitu di depan kamar mandi, cabul langsung kaget terus buru-buru minta pulang. Ya aku ketawalah liat mukannya yang ketakutan, terus aku bilang ke cabul, bul bul, eekmu aja nggak diterima sama bumi, apalagi orangnya! Hahahahaha, mukannya cabul langsung sepet-sepet paet gimana gitu, habis itu dia langsung pergi. Aku masih ngakak ketawa di Extreme.” Celoteh Momon sambil tertawa geli.

      Jeger! Mukanya Cabul seketika berubah menjadi aspal yang datar setelah mendengar celotehan Momon tentang dirinya.

      Sontak hal itu membuat kami makan tertawa lebar, itu kejadian parah sekali. Celotehan Momon membuat meja kami makin gaduh dengan suara-suara biadab.

      Kita denger ceritanya, ngakak nggak berhenti sampe puas. Nggak mbayangin mukanya si cabul pas dibilangin “Eekmu aja nggak diterima sama bumi, apalagi orangnya!” sumpah, nusuk banget omongannya momon, haha. Kegilaan ini nggak akan sempurna kalau Satya udah balik lagi ke Jakarta. Satya datang sehari yang lalu, dia ke Jogja untuk mengurus beberapa surat pindah dan mengemasi barang-barangnya Entah, hidupku jadi apa tanpa mereka. Satya yang royal, baik dan menyenangkan tapi sedikit kaku terhadap wanita. Momon yang polos apa adanya dan benar-benar kalau bicara tak dipikirkan dulu. Cabul yang dewasa tetapi terkadang harus menelan pahitnya kegalauan karena mantannya. Dan putri, wanita yang easy going yang sudah kita anggap dia sebagai lelaki, padahal dia jelas sekali wanita, dan dia memiliki mantan yang Psyicho dan bertato. Berbagai pengalaman telah kita pegang, saling sharing dan menghina adalaha hal biasa dan menjadi makanan sehari-hari. Tempat yang selalu ada kita, pasti ditinggalkan akan berantakan dan tak layak pakai, sampah disini, abu rokok disitu dan putung rokok disana. Masa-masa liburan kita hanya dihabiskan dengan bercanda dan nongkrong-nongkrong. Sampai-sampai lupa kalau kita sedang menunggu pengumuman kelulusan.


***


      Sambil mengisi masa liburan yang terlalu panjang dan baru ku nikmati beberapa hari, aku mencoba mencari kerja. Ya, tapi itu hanya ada dalam niat saja untuk mencari kerja. Yang terjadi, tetap saja menghabiskan waktu bersama teman yang lain. Sasi, wanita yang susah untuk disebut wanita, dia adalah teman SMA. Maharani, adik kelas SMAku yang dulu, wanita yang manis dan low profile. Ada lagi Tian, dia anak SMA, dan sifatnya sama seperti Sasi, wanita yang lebih suka disebut pria. Memiliki teman seperti mereka membuatku mengerti kehidupan yang lain, mereka curhat mengenai wanita, padahal dua anak ini adalah wanita. Memang lucu sih, tapi asik juga melihat kelakuan mereka yang aneh-aneh. Dan jangan salah, bentuknya seperti pria tetapi dengan wajah manis mereka sebagai wanita, 2 anak ini bisa memikat wanita-wanita yang cantik. Kami sangat suka sekali nongkrong di Galeria mall, mereka jago main Pump. Permainan dance yang biasa ada di mall-mall. Dan aku, hanya jago melihat mereka bermain Pump.

      Aku memiliki banyak bentuk teman, dari teman cacat seperti Satya CS dan teman menyimpang seperti Sasi CS. Aku juga punya teman seorang tukang bengkel dan seorang tukang becak. Adalagi temanku SMA yang sekarang dia menghilang entah kemana, tetapi denger-denger dia sudah punya usaha tempat makan yang sangat lezat. Memiliki banyak teman sangatlah menyenangkan, tetapi, siap-siap saja mendengar kalimat “Oh, sekarang sombong. Mainnya sama itu terus.” Yah, begitulah manusia.

      Walaupun temanku banyak sekali, tetap saja di malam minggu akan menjadi hal yang suram tanpa se ekor wanita.

      Dan malam minggu ini adalah jadwalnya Geng Satya CS, para jombloan termasuk Putri yang jomblowati akan mengoyak dan meramaikan 0 Km di taman kota. Dengan senjata kamera DSLR milik Satya, kami hunting foto tanpa aturan. Foto di tengah perempatan, manjat-manjat lampu apil, foto bersama banci, terus gangguin banci-banci ngamen. Menjelajah alun-alun utara Yogyakarta, dan kebetulan sekali sedang ada acara Sekaten. Acara setahun sekali yang diadakan oleh kraton jogja dalam rangka memperingati bulan Maulud. Malam ini, sekaten belum terlalu ramai karena bulan maulud masih 2 minggu lagi. Satya kegirangan menaiki permainan-permainan yang memicu adrenalin, seperti komedi putar dan kereta mini. Bagi Satya, permainan itu sangat memicu adrenalinnya. Kemudian kami mencoba rumah hantu, jelas saja aku di depan sendiri dan yang paling belakang adalah yang penakut, yaitu Cabul. Badan gede, muka sangar tapi kalo udah setan-setan gini kaya anak kucing minta susu terus dikasih kobokan. Cabul oh cabul, kamu kok mengenaskan sekali sih, dan makin sadar aku kenapa kamu dipanggil cabul. Tapi tanpa satu orang itu, tidak akan lengkap.malam hari ini sangat meriah sekali. Coba tak ada sekaten, paling acara hari ini hanya berfoto-foto dan mengganggu pengendara di sekitar taman kota. Setelah lelah mencoba beberapa permainan di sekaten, kita selesaikan malam ini dengan mengisi perut di angkringan Kopi Jos. Mencoba sensasi sebuah kopi yang dimasukkan arang panas dan bersuara Ahhh~ mendesah… eh, maksudnya bersuara JOS! Menu nasi kucing yang berisi nasi tempe dan nasi sambal teri, menemani kopi mendesah ini. Larut malam tak mengurangi candaan kami yang makin ganas. Karena Putri masih seorang wanita, dia pamit pulang lebih dulu. Tetapi kami para lelaki, tetap meneruskan malam ganas ini! Alunan musik kla project yang dinyanyikan pengamen jalanan malam ini, sangat membuat hati kami nyaman menikmati kota Jogja.


***


      Cabul dan Momon sudah tiada. Eh, maksudku sudah pulang meninggalkan kami berdua setengah jam yang lalu. Aku dan satya masih bercerita dan mengingat masa-masa saat kita SMP dan masih tak berdosa. Dengan celana seragam congklang hanya sampai mata kaki, seragam putih yang sudah kusam, sepatu yang hanya beli di Pasar Bering Harjo seharga 20 ribuan, dan saat pulang sekolah, kami pasti membeli tahu gejrot yang selalu mangkal di depan SMP. Berlari seperti anak ayam yang dilepas majikannya dan menghampiri tukang tahu gejrot. Membeli satu porsi tahu gejrot seharga 1000 rupiah, tetapi meminta bumbunya dengan cabe 12 buah. Kasian sekali anda pak, untung ditahunya tetapi rugi dicabenya. Ke esokan harinya saat kita ingin membeli tahu gejrot lagi, pak tahunya tiba-tiba berdiri dengan gagah dan berkata “Adek, kalo beli tahunya cuma seribu, cabenya 2 aja ya.” Kenangan masa-masa SMP yang menyenangkan.

      Atau saat cerita saat aku dan Satya menikmati rasa was-was saat kelulusan SMP. Kami berdua bersemangat sekali datang ke SMP jam 7 pagi, yang terlihat di sana hanyalah sepi. Aku dan Satya menemui pak satpam yang sedang asik membaca Koran, pak satpam memberitahu kalau yang tidak lulus ada dua anak.Jeger! Kalimat pak satpam tentang “dua anak” tadi membuat hatiku dan hatinya Satya menjadi mendung. Kami bertanya lagi, apakah cewek atau cowok. Dengan muka serius, mulut yang ditutupi kumis lebatnya menyebutkan “cowok semua.” Jeger jeger! Kembali mendengar kalimat dari pak satpam yang sepertinya menghujam jantungku dan jantungnya Satya, kami hanya bisa saling bertatap muka dan  memikirkan satu tujuan, Spider Game Center. Tanpa basa-basi, kami meninggalkan pak satpam yang rese dan bergegas lari menuju game center yang jaraknya 1 km dari SMP. Entah mengapa, tanpa ada percakapan antara aku dan Satya, kita bisa satu pikiran dan satu tujuan. Dan untung, kami lulus dengan nilai yang pas-pasan.

      Di tengah cerita kami tentang masa lalu, tiba-tiba Satya menceritakan tentang rencana masa depan. Orang tua Satya ingin memasukan Satya ke salah satu sekolah tinggi milik negara yang berada di Bandung. Karena Satya tidak biasa di Asrama, orang tua Satya menawarkanku sekolah disana juga untuk menemani Satya. Lulus dari sekolah itu, jaminan masa depan sudah pasti PNS level tinggi, nggak kebayang deh keluar dari sana aku sama Satya jadi Lurah gitu. Tapi Satya masih mikir-mikir buat masuk sekolah itu. Kalau aku sih seneng-seneng aja, disekolahin di sekolah yang masa depan emas gitu, siapa yang nggak mau. Tapi ya ngeri juga kalo harus disiksa fisik kayak di berita-berita gitu. Asalkan bersama Satya, aku sih seneng-seneng aja. Oke, kata-kataku barusan nggak enak banget kalo ditujukan buat cowok, walaupun dia sahabatku tetep aja kalo dibayangin aku ngomong “Asalkan sama kamu, aku seneng-seneng aja kok sat.” sambil senyum-senyum maho gitu terus gigit-gigit bibir bawah. Karena hujan, aku dan Satya berteduh di pinggir jembatan. Dan kami menunggu jam menunjukkan 00.00 untuk menjadi manusia pertama yang mengucapkan DIRGAHAYU untuk putri. Ulang tahunnya yang ke 17 akan sangat spesial saat kita sms dia tepat pada tengah malam.

      Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, aku dan Satya bersama-sama mengirim sms yang sama “DIRGAHAYU ADHITA PUTRI, SEMOGA TIDAK MAKIN HINA.”

      “Sat, udah kan sms putri? Yoo pulang yo, ngantuk e dub.” Kataku sambil menguap.

      “Ho o nih, aku juga ngantuk. Besok jangan lupa di Kedai Sawah si Putri ngajak makan-makan.” Jawab Satya sambil menaiki motornya dan kita berpisah.

      “Eh, tapi kok kayaknya garing banget ya. Kita kehujanan nungguin jam 12 malem cuma kaya gini doang? Ngemis deh.” Jawabku sambil memasukkan Bebi ke dalam saku. “Yowes dub, pulang dah. Terus tidur, terus mimpiin kamu terus kita berpelukan...”

      Aku pergi meninggalkan Satya yang mukanya terlihat jijik setelah mendengar kata-kataku barusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar