Sabtu, 10 Maret 2012

Jakarta is Mistake 3 Nyangkut di Halte Pejaten

Setelah beberapa hari menikmati liburan di jakarta, nggak lupa aku mengunjungi sodara yang tinggal di Pejaten. Kebiasaan orang jawa yang suka santai adalah sumber masalah pas aku di jakarta.

Jam 14.39 dari Halte TU Gas menuju Halte Dukuh atas.

Jeger!



Pas banget jam pulang kantor aku sampe di salah satu halte pusat transit. Rame gilak, 3 bis belum cukup untuk memenuhi manusia penuh hasrat yang ada di halte ini. Bis ke 4 baru aku bisa merasakan ac dan bau prengus. Berdiri diantara puluhan manusia dengan berbagai aroma dan ekspresi wajah.

"Pemberhentian berikutnya, Halte Pejaten. Periksa kembali barang bawaan anda, dan hati-hati melangkah." Kata speaker bis.

Melewati beberapa buah ketek, akhirnya dengan penuh perjuangan berdesakan aku sampai di pintu belakang bis, karena pintu bagian depan untuk wanita.

Pintu terbuka

Langkah pertamaku dipijakan Halte, aku terdiam menempel di pintu Halte Trans Jakarta.

"PINTU RUSAK" Secarik tulisan tertempel di pintu otomatis Halte.

"Mas! pintunya nggak bisa mbuka." Teriakku ke mas kernet yang ada di pintu depan bis.

"Bisa itu mas, buka aja pake tangan." Sahut masnya sambil memperagakan membuka pintu lift.

Dengan seluruh tenaga dan otot-otot kerenku, aku mencoba membukanya. "Nggak bisa mas!" Aku berteriak dan menoleh ke arah mas kernet.

"Ngeeeeeng" Bis berangkat saat aku menoleh. Hanya bisa memandangi sambil nempel di pijakan kecil Halte.

"SETAN!" Aku berteriak sambil menjaga keseimbangan. AKU NYANGKUT DI HALTE! MASUK NGGAK BISA! MASA MAU LOMPAT? LIAT KE JALAN RAYA PENUH BANGET MOBIL MACET! MANA ADA YANG BUKA KACA MOBIL SAMBIL KETAWAIN AKU LAGI!!

Aku coba tenang sambil terus berusaha membuka pintu secara manual, tak ada hasil.

Keringetan.

Melihat ada mbak-mbak di dalem lagi main HP, ketok-ketok sambil melambaikan tangan berharap dia ngeliat.

Mbaknya memandangiku sesaat, terlihat mukanya bingung. Dengan bahasa isyarat aku memperagakan kalau pintu ini tidak bisa dibuka. Dengan sedikit goyangan dan ekspresi muka. Sip, mbaknya mengerti maksudku. Mbaknya memanggil mas yang jaga, kemudian mereka berbincang-bincang.

Mas yang jaga menghampiriku, terlihat raut wajahnya menahan tawa.

"Mau masuk ya mas?" Tanya mas yang jaga Halte.

'IYALAH! MENURUT LO?" Dalam hati aku emosi... "Iya mas." Jawabku dengan meringis.

"Wah, pintunya rusak. Masnya mau turun di sini apa transit? Kalo turun sini, turun aja langsung mas. Lompat situ." Kata masnya polos sambil nunjuk jalan dengan dagunya.

eF U Ce Ka! Solusinya harus gitu ya? GIlak malu abis, nggak mbayangin deh orang-orang ngeliat ada pemuda dengan tas punggung merah besar nempel di halte sambil celingukan dan bergoyang berusaha membuka pintu.

Setelah mendengar solusi dari masnya, dengan pasrah aku memutar badan dan melihat ke bawah. Set dah! Aku lupa kalo aku pake tas ransel gede, pas muter hampir aja jatoh gara-gara tasnya nyenggol pintu.

Melihat ke sektira, beberapa kaca mobil terbuka, beberapa pasang mata memperhatikanku sambil tertawa. Hina sekali :_)

4 komentar: