Minggu, 18 Maret 2012

Jakarta is Mistake belum berakhir! Di tinggal tas punggung ke Stasiun Sawah Besar

Jakarta 26 Febuari 2012


DUFAANNN!!! Monyet bekantan dengan hidung melambainya sudah bergelantungan di pikiranku, harini dengan biadabnya aku akan menikmati DUFAN! Oh akhirnyaaa aku bisa menjamahi permainannya, setelah dulu SD hanya bisa menikmati ISTANA BONEKA gara-gara tinggi badan yang pendeknya lebay, hina.



Sudah di jadwalkan oleh abang menejer, jam 10 kudu sampe di Dufan. Karena aku berangkat dari  Bojong dan mau mampir ke Klender dulu tarok tas punggung yang berisi beberapa carik daleman dan baju kotor, aku berangkat jam 8 bareng mbak sepupu.


KRL ac yang sepi di hari minggu, bikin orang jogja kaya aku ketiduran. Tas punggung aku biarkan terlentang di atas tempat barang.


Kering.


Tenggorokan seret, mulut mangap, beberapa pasang memandang dengan tertawa. Sial, perasaan tadi aku mulai tidurnya dengan mingkem deh. Ambil posisi mingkem lagi, tidur lagi.


"Ayo bangun! cepet-cepet!!!" Kata mbak sepupuku sambil narik rambutku yang membiadab kemana-mana dan nggendong anaknya.

Dengan tenggorokan yang kembali kering, aku meraih tas dan langsung lari keluar kereta.



Stasiun tebet... Tinggal naik angkot terus mandi terusssss D U F A C K N!! yeyeyee!!! Senyum girang.


"Sini tasnya mbak, tolong ambilin susu botolnya." Kata mbakku sambil nunjuk ke tas yang tak bawa.


Hening.


"Kok punggungku ringan ya, perasaanku tadi berat deh." Kataku sambil ngeliat KRL yang melaju ke arah Kota....


Jeger!


"Tassskkuuu!!!" Dengan mata berkaca-kaca dan mulut yang masih kering, aku hanya bisa memandang kereta itu pergi... Beberapa kertas dan tas kresek berterbangan terkena angin dari kereta itu.... wuussss.


"Gimana sih kamu jal!" (R-I-J-A-L! panggilanku buat sodara yang kelahiran jawa tengah)


".... ting tung...." Cuma itu yang bisa aku katakan ditambah sedikit senyum menggoda.


"Trus gimana jal? Apa aja yang ada di dalem tasmu?"


"Semua yang aku miliki, harga diriku ada di tas itu juga..."


"Apaan? HP?"


"Celana dalem..."


"......"


"HP sih ada di kantongku, tadi habis smsan soalnya. Hehe, terus gimana mbak?"


"Yaudah, tanya petugas tiket deh" Sambil jalan menuju tiketing.


Setelah mendengar kisah sedihku, aku dan mbak sepupu dan anaknya di antarkan ke bagian informasi.


Wawww, ternyata di balik jeruji pembelian tiket tu tempatnya freak banget. Hanya kursi, tiket, uang kembalian dan orang-orang kebanyakan bercanda. Eh ditambah piring-piring kotor bekas nasi bungkus.


Mbak operator telfon ke Stasiun selanjutnya, karena nggak di lapangan, mbaknya nelfon ke stasiun selanjutnya, nggak ada lagi, telfon lagi, lagi dan lagi. Keburu tasku ilang mbak....


"Mas, petugas adanya di Sawah Besar mas. Keretanya belum masuk kota, jadi masih agak lama nih mas." Kata mbak operator sambil pegang-pegang mikrofon.


"Huft... oke deh mbak," dengan lemas aku duduk di kursi empuk.


"Santai ajalah mas, kalo nggak ketemu ya berarti rejekinya yang nemuin." Om-om yang lagi ngejualin tiket tiba-tiba nyamber aja.


"Iya om... yaahh, semo..." Belum selesai ngomong, baru ngangkat kepala mau ngeliat omnya...


"Eh si eneng! mau beli tiket kemana neng? sini tiket ke rumah abang aje, yang ac ada kok." Sambil ngasih tiket KRL Ac ke mbak-mabak cina yang cuma senyam-senyum.


KAMPRETSS! Mending tadi nggak usah sok nyeramahin pakkkk, singooooo.


"Emang isinya apa mas?" Tanya mbak operator lembut.


"Huft... Banyak mbak, harga diri e. Ada dompetku juga dan bebereapa baju kotor." Sahutku dengan suara sahdu.


"Ohhh, harga diri ya mas? Pasti berharga banget... ema..."


Belum selesai mbaknya ngomong langsung tak shaut! "Jangan tanya mbak..."


"Oh oke, sabar ya mas..."


Duduk diam dan nunduk, pengen ngambil posisi mingkem terus tidur... tapi ntar nggak keliatan menyedihkan. Tetep pasang muka melas deh.


"Mas, ciri-ciri tasnya apa? Tadi di gerbong berapa?"


"ASTAGHFIRULLOOHHH!" Reflek lebay kalo lagi ngelamun dikagetin. "Aduh maaf mbak, kaget saya... Tasnya warna merah, tulisannya Platinum. Saya letakan di atas bagian kanan. Lupa mbak gerbong berapa, sekita 5-6 deh.. soalnya belakang bukan Kereta Wanita."


Dengan suara merdu, mbaknya ngomong sama telfon tentang ciri-ciri tasku.


Beberapa menit kemudian mbaknya tanya. "Mas, tarok dompet di retsleting depan ya?"


"Ketemu mbak?!" Sahutku girang sambil ngguling-ngguiling. Nggak deng.


"Sebentar mas, lagi diperiksa." Jawab mbaknya.


"Tuh kan mas, kalo emang masih rejeki ya nanti balik kok." Si Om Tiket nyamber lagi sambil ngasih kembalian ke mas-mas.


Sebelum jawab pertanyaannya si Om tiket, aku ngeliat yang ngatri tiket... adakah wanita cantik atau tidak, biar nggak kejadian kaya tadi.


"Haha, iya om... Unnn..."


"Eh mas! Itu ayam mau di bawa pake kereta AC? Mending kasih sini aje mas, ACnya lebih dingin... lebih cepet mati terus tu bisa gue makan. Hahahaha." Teriak si Om yang sangat tidak mendengarkan gumamanku. Terimakasih Om.


"Dompetnya nggak ada mas." Kata mbaknya.


"Wahh, belum reje...." Sebelum samberan si om tiket selesai, aku keluar nemuin mbak sepupuku. Sokor! tak bales kamu om!


Setelah beberapa saat keluar dan merasa menang, aku kembali masuk.


"Saya tarok dompetnya di tas kecil di dalem retsleting yang tengah mbak." Kataku tetep sahdu.


"Tolong dicari di retsleting bagian tengah." Mbaknya kebali ngomong sama telfon.


Aku gelisah! Oh, itu petugas bakal nemuin harga diriku... Tidaakk!!!! Tapi ini kenyataan, jadinya Iyaaaa!!! Oh sial.


"Isi tasnya mas apa aja?" Tanya mbak operator lembut.


"Ada baju kotor, tas kecil sama buku sketsa." Jawabku pelan.


Si embak kembali ngomong sama telfon.


"Iya mas ada semua, dompetnya juga ada di dalem tas kecil. Tapi, uangnya ngga ada semua mas." Kata mbaknya sambil menepuk pundakku.


Dengan senyuman kecil aku menjawabnya. "Haha, yaah bukan rejeki mbak. Berarti saya langsung ke Sawah Besar aja nih mbak? Oke, terimakasih banyak ya. Dadah om.."


"Oke mas jawa, sabar ya mas." Sahut om tiket.


"Gimana jal, ketemu?" Tanya mbakku di luar ruangan.


"Ada, ini disuruh ngambil di Sawah Besar. Yaudah nih buat ongkos, aku tau itu dompet emang nggak ada isinya, boro-boro dompet... saku aja pasti nggak ada. Nggak usah sok melas gitu mukanya." Bisik mbakku sambil ngasih lembaran duit.


"Sial, jangan kenceng-kenceng.. biar mendramatisir keadaan mbak.. gengsi dong, masa dompet nggak ada duitnya. Haha." Jawabku sambil nahan ketawa dan tetap berjalan lesu.


"Gimana mas? Tasnya ketemu?" Tanya mas-mas penjaga tiket.


"Ketemu pak, tapi dompetnya tak ada duitnya." Jawabku lemas.


"Wah, sabar ya mas..." Sahutnya sambil menepuk punggungku.


"Iya mas," kemudian aku duduk menunggu kereta dan berpamitan dengan mbakku yang langsung ke Klender.


Di dalam kereta aku hanya gelisah, mata terus memandang ke luar jendela. Mana ini yang namanya Stasiun Sawah Besar, maklum aku nggak tau.


Setelah beberapa stasiun dilewati, turunlah aku di Sawah Besar. Teteret! Tetap dengan muka melas aku turun menuju mas-mas tiket di lantai satu. Kemudian dibawa oleh mas tiket naik lagi ke lantai dua. Setan, capek bego.


Setelah tangga terakhir ku injak, terlihat pos satpam yang biasa aja seperti pos satpam informasi stasiun.


"ini ya mas tasnya?" Kata petugas sambil mengangkat tas merah nakalku.


"Ahhh, iya! Aduh, nakal banget ini tas, ninggalin aku aja."


Setelah pertemuanku dengan tas tercinta, aku mengisi daftar buku. Udah kaya nebus Nara Pidana aja...


Akhirnya aku dan tasku bersatu kembali.. tereettt! walaupun dompetku tidak ada isinya. Semoga sang petugas tidak memeriksa harga diriku di dalam tas ini :_)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar